Minggu, 20 Februari 2011

Tanya Jawab : Shaum Sunnat dibatalkan

1. Pertanyaan : “Bagaimana hukumnya ketika sedang shaum sunat kemudian membatalkannya karena pas bertamu yang punya rumah menyuguhi hidangan ?”.

Jawaban :

Membatalkan puasa ketika sedang shaum sunnah diperbolehkan, dan tanpa qadha, juga diperbolehkan apabila kita tidak ingin berbuka sebagai dakwah kepada orang-orang supaya terbiasa bershaum sunnah, lihat hadits-hadits dibawah ini :

سنن الترمذي - (ج 3 / ص 181/ح 663) : حَدَّ ثَنَا قُتَيْبَةُ حَدَّثَنَا أَ بُو اْلأَحْوَ صِ عَنْ سِمَاكِ بْنِ حَرْبٍ عَنِ ابْنِ أُمِّ هَانِئٍ عَنْ أُمِّ هَانِئٍ قَالَتْ ) كُنْتُ قَاعِدَ ةً عِنْدَ النَّبِيِّ r فَأُ تِيَ بِشَرَ ابٍ فَشَرِبَ مِنْهُ ثُمَّ نَاوَ لَنِي فَشَر ِبْتُ مِنْهُ فَقُلْتُ إِ نِّي أَذْ نَبْتُ فَاسْتَغْفِرْ لِي فَقَالَ وَ مَا ذَ اكِ قَالَتْ كُنْتُ صَائِمَةً فَأَفْطَرْتُ فَقَالَ أَمِنْ قَضَاءٍ كُنْتِ تَقْضِينَهُ قَالَتْ لاَ قَالَ فَلاَ يَضُرُّ كِ ( قَالَ وَ فِي الْبَاب عَنْ أَبِي سَعِيدٍ وَ عَائِشَةَ

Dari Ummu Hani' dia berkata, saya duduk didekat Rasulullah r, kemudian disodorkan air kepada beliau r, lalu beliau r meminumnya dan memberikan sisanya kepadaku, lantas saya meminumnya, lalu saya berkata, mohonkanlah ampun untukku karena saya telah berbuat dosa, beliau r bertanya: " Apa yang telah kamu perbuat?" saya menjawab, saya pernah berpuasa (sunnah) lalu saya membatalkan puasaku, beliau r kembali bertanya: "Apakah itu puasa qadla'? Saya menjawab, tidak. Beliau r bersabda: "Hal itu tidak akan membahayakanmu." Abu 'Isa berkata, dalam bab ini (ada juga riwayat) dari Abu Sa'id dan 'Aisyah.

سنن الترمذي - (ج 3 / ص 182/ح 664) : حَدَّ ثَنَا مَحْمُودُ بْنُ غَيْلاَ نَ حَدَّ ثَنَا أَ بُو دَاوُدَ حَدَّ ثَنَا شُعْبَةُ قَالَ كُنْتُ أَسْمَعُ سِمَاكَ بْنَ حَرْبٍ يَقُولُ أَحَدُ ابْنَيْ أُمِّ هَانِئٍ حَدَّ ثَنِي فَلَقِيتُ أَ نَا أَ فْضَلَهُمَا وَ كَانَ اسْمُهُ جَعْدَ ةَ وَ كَانَتْ أُمُّ هَانِئٍ جَدَّ تَهُ فَحَدَّ ثَنِي عَنْ جَدَّ تِهِ ) أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ r دَخَلَ عَلَيْهَا فَدَعَى بِشَرَ ابٍ فَشَرِبَ ثُمَّ نَاوَ لَهَا فَشَرِبَتْ فَقَالَتْ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَمَا إِ نِّي كُنْتُ صَائِمَةً فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ r الصَّائِمُ الْمُتَطَوِّ عُ أَمِينُ نَفْسِهِ إِنْ شَاءَ صَامَ وَ إِنْ شَاءَ أَفْطَرَ ( قَالَ شُعْبَةُ فَقُلْتُ لَهُ أَ أَ نْتَ سَمِعْتَ هَذَ ا مِنْ أُمِّ هَانِئٍ قَالَ لاَ أَخْبَرَ نِي أَ بُو صَالِحٍ وَ أَهْلُنَا عَنْ أُمِّ هَانِئٍ وَ رَوَى حَمَّادُ بْنُ سَلَمَةَ هَذَا الْحَدِيثَ عَنْ سِمَاكِ بْنِ حَرْبٍ فَقَالَ عَنْ هَارُونَ بْنِ بِنْتِ أُمِّ هَانِئٍ عَنْ أُمِّ هَانِئٍ وَرِوَايَةُ شُعْبَةَ أَحْسَنُ هَكَذَا حَدَّثَنَا مَحْمُودُ بْنُ غَيْلَانَ عَنْ أَبِي دَاوُدَ فَقَالَ أَمِينُ نَفْسِهِ و حَدَّثَنَا غَيْرُ مَحْمُودٍ عَنْ أَبِي دَاوُدَ فَقَالَ أَمِيرُ نَفْسِهِ أَوْ أَمِينُ نَفْسِهِ عَلَى الشَّكِّ وَهَكَذَا رُوِيَ مِنْ غَيْرِ وَجْهٍ عَنْ شُعْبَةَ أَمِينُ أَوْ أَمِيرُ نَفْسِهِ عَلَى الشَّكِّ قَالَ وَحَدِيثُ أُمِّ هَانِئٍ فِي إِسْنَادِهِ مَقَالٌ وَالْعَمَلُ عَلَيْهِ عِنْدَ بَعْضِ أَهْلِ الْعِلْمِ مِنْ أَصْحَابِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَغَيْرِهِمْ أَنَّ الصَّائِمَ الْمُتَطَوِّعَ إِذَا أَفْطَرَ فَلَا قَضَاءَ عَلَيْهِ إِلَّا أَنْ يُحِبَّ أَنْ يَقْضِيَهُ وَهُوَ قَوْلُ سُفْيَانَ الثَّوْرِيِّ وَأَحْمَدَ وَإِسْحَقَ وَالشَّافِعِيِّ

Telah menceritakan kepada kami Mahmud bin Ghailan telah menceritakan kepada kami Abu Daud telah menceritakan kepada kami Syu'bah dia berkata, saya pernah mendengar Simak bin Harb berkata, salah seorang cucu Ummu Hani' yang bernama Ja'dah telah menceritakan kepadaku dan Ummu Hani' adalah neneknya, maka neneknya telah menceritakan kepadaku, bahwasanya Rasulullah r datang ke rumahnya dan meminta air lalu meminumnya, kemudian beliau r menyodorkan kepadanya lalu dia meminumnya, dia (Ummu Hani' radliallahu 'anhu) berkata. wahai Rasulullah, sesungguhnya saya sedang berpuasa, maka Rasulullah r bersabda: " Orang yang berpuasa sunnah lebih berhak atas dirinya, jika ingin maka boleh membatalkan atau menyempurnakan puasanya." Syu'bah berkata, saya bertanya kepadanya, apakah kamu mendengarnya langsung dari Ummu Hani'? Dia menjwab, tidak, akan tetapi Abu Shalih dan keluargaku meriwayatkannya dari Ummu Hani'. Hammad bin Salamah meriwayatkan hadits ini dari Simak bin Harb, dia berkata, dari Harun binti Ummu Hani' dari Ummu Hani', sedangkan riwayatnya Syu'bah lebih baik. Demikian Mahmud bin Ghailan menceritakan kepada kami dari Abu Daud, maka dia berkata "lebih berhak atas dirinya." Dan telah menceritakan kepada kami selain Mahmud dari Abu Daud dengan lafadz, lebih menguasai atas dirinya (amir) atau lebih berhak atas dirinya (Amin) -karena ada keraguan- demikian juga hadits ini diriwayatkan melalui banyak jalur dari Syu'bah dengan lafadz "lebih menguasai atas dirinya (amir) atau lebih berhak atas dirinya (Amin) dengan adanya keraguan. Dia berkata, pada sanad hadits Ummu Hani' terdapat cela, namun hadits ini diamalkan oleh para ulama baik dari kalangan para shahabat maupun setelah mereka, bahwa orang yang membatalkan puasa sunnah tanpa udzur, maka dia tidak wajib mengqadla' puasanya kecuali jika dia ingin melakukannya, perkataan ini juga termasuk pendapatnya Sufyan Ats Tsauri, Ahmad, Ishaq dan Syafi'i.

سنن ابن ماجه - (ج 5 / ص 221/ح 1691) : حَدَّ ثَنَا إِسْمَعِيلُ بْنُ مُوسَى حَدَّ ثَنَا شَرِ يكٌ عَنْ طَلْحَةَ بْنِ يَحْيَى عَنْ مُجَاهِدٍ عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ دَخَلَ عَلَيَّ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ فَقَالَ هَلْ عِنْدَكُمْ شَيْءٌ فَنَقُولُ لاَ فَيَقُولُ إِ نِّي صَائِمٌ فَيُقِيمُ عَلَى صَوْ مِهِ ثُمَّ يُهْدَى لَنَا شَيْءٌ فَيُفْطِرُ قَالَتْ وَ رُ بَّمَا صَامَ وَ أَفْطَرَ قُلْتُ كَيْفَ ذَا قَالَتْ إِ نَّمَا مَثَلُ هَذَا مَثَلُ الَّذِي يَخْرُجُ بِصَدَقَةٍ فَيُعْطِي بَعْضًا وَ يُمْسِكُ بَعْضًا

Dari 'Aisyah ia berkata, "Rasulullah r masuk ke rumahku dan bertanya: "Apakah kalian memiliki sesuatu?" kami menjawab, "Tidak. " Beliau r lalu bersabda: "Kalau begitu aku berpuasa, " dan beliau r melanjutkan puasanya. Kemudian kami mendapat hadiah sesuatu, hingga beliau r akhirnya berbuka. " 'Aisyah berkata, "Barangkali beliau r berpuasa dan kemudian membatalkan puasanya. " Aku bertanya, "Bagaimana itu?" ia menjawab, "Perumpamaan ini seperti orang yang keluar dengan membawa harta sedekah, lalu ia memberikan sebagian dan menahan sebagian. ".

Dari hadits-hadits tersebut, jelaslah apabila saum sunnah karena terpaksa tidak ada makananpun diperbolehkan walaupun niatnya setelah lewat fajar, dan ternyata ketika ada orang yang menyuguhi dan mengirim hadiahpun dibatalkan seketika, seperti Rasulullah r tidak apa-apa, hal ini diibaratkan seseorang punya harta untuk sedekah dipakai setengahnya dan dishadakahkan setengahnya. Wallahu ‘alam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar